Baru-baru ini penelitian DNA memberikan sedikit penjelasan atas legenda Yeti. Setelah ilmuwan analisa lebih dari 30 rambut yang katanya milik Yeti atau mahluk mistik lain, ditemukan, itu berasal dari beruang, serigala, sapi dan rakun.
Awalnya, seperti yang dilansir Deutsche Welle, peneliti menduga akan menemukan 5 persen sampel dari Neanderthal, mahluk hidup yang sudah punah 30 ribu tahun lalu. Demikian dikatakan Bryan Sykes dari Universitas Oxford, yang memimpin penelitian awal, yang berfokus pada big foot, Yeti dan "primata lain yang tidak normal."
Analisa rambut
Sykes dan rekan-rekannya menganalisa 36 sampel rambut dari Bhutan, India, Indonesia, Nepal, Rusia dan AS. Hasilnya, semua DNA rambut itu cocok dengan DNA binatang yang sudah dikenal. Sebagian besar berasal dari beruang. Tapi ada juga rambut dari tapir Malaysia, kuda, domba, kijang dan manusia. Sykes menuturkan, mereka tidak menemukan bukti adanya mahluk yang disebut Yeti atau big foot. Tetapi ia juga mengakui, hasil penelitiannya tidak memberikan bukti bahwa Yeti atau big foot tidak ada.
"Kenyataan bahwa sampel yang sudah kami analisa tidak berasal dari Yeti tidak berarti bahwa sampel yang berikutnya juga pasti tidak berasal dari Yeti," tambah Sykes. Para ilmuwan menemukan dua sampel rambut yang berasal dari beruang kutub, tetapi ditemukan di Himalaya. Menurut pengetahuan sejauh ini, spesies beruang kutub itu tidak hidup di Himalaya. "Itu menunjukkan, mungkin ada spesies beruang baru atau hibrida beruang di sana," ungkap Sykes.
Perlu bukti lain
Sementara peneliti lain menandaskan bahwa untuk membuktikan keberadaan Yeti, diperlukan lebih banyak bukti, tidak hanya sampel rambut. "Saya ingin bukti visual atau fisik, misalnya bagian tubuh, dan terutama bukti berupa DNA," tutur Todd Disotell, profesor antropologi di Universitas New York. Ia memperingatkan penggemar Yeti atau big foot untuk tidak membuat asumsi jika menemukan sesuatu di hutan.
Selain itu, sejumlah pakar lain mengatakan, jika big foot benar-benar ada, pasti yang ditemukan lebih banyak selain rambut. "Mereka yang percaya akan keberadaan Yeti, big foot dan monster Loch Ness perlu instruksi dasar" kata Stuart Pimm, pakar ekologi pada Universitas Duke. Setiap Yeti punya dua orang tua, dua kakek dan nenek dan seterusnya, tutur Pimm. Jadi seharusnya ada kelompok Yeti, demikian pungkas Pimm, "Di mana mereka bersembunyi?"
Ilmuwan Ungkap Fakta Terbaru Tentang Yeti
Pada tahun 2012, peneliti di Universitas Oxford dan museum zoologi Lausanne menyerukan berbagai museum, ilmuwan dan penggemar Yeti, yang serupa legenda 'big foot' di AS, untuk memberikan sedikit rambut yang mereka miliki, yang katanya berasal dari mahluk legendaris yang hidup di pegunungan Himalaya dan katanya serupa monyet raksasa.Awalnya, seperti yang dilansir Deutsche Welle, peneliti menduga akan menemukan 5 persen sampel dari Neanderthal, mahluk hidup yang sudah punah 30 ribu tahun lalu. Demikian dikatakan Bryan Sykes dari Universitas Oxford, yang memimpin penelitian awal, yang berfokus pada big foot, Yeti dan "primata lain yang tidak normal."
Analisa rambut
Sykes dan rekan-rekannya menganalisa 36 sampel rambut dari Bhutan, India, Indonesia, Nepal, Rusia dan AS. Hasilnya, semua DNA rambut itu cocok dengan DNA binatang yang sudah dikenal. Sebagian besar berasal dari beruang. Tapi ada juga rambut dari tapir Malaysia, kuda, domba, kijang dan manusia. Sykes menuturkan, mereka tidak menemukan bukti adanya mahluk yang disebut Yeti atau big foot. Tetapi ia juga mengakui, hasil penelitiannya tidak memberikan bukti bahwa Yeti atau big foot tidak ada.
"Kenyataan bahwa sampel yang sudah kami analisa tidak berasal dari Yeti tidak berarti bahwa sampel yang berikutnya juga pasti tidak berasal dari Yeti," tambah Sykes. Para ilmuwan menemukan dua sampel rambut yang berasal dari beruang kutub, tetapi ditemukan di Himalaya. Menurut pengetahuan sejauh ini, spesies beruang kutub itu tidak hidup di Himalaya. "Itu menunjukkan, mungkin ada spesies beruang baru atau hibrida beruang di sana," ungkap Sykes.
Perlu bukti lain
Sementara peneliti lain menandaskan bahwa untuk membuktikan keberadaan Yeti, diperlukan lebih banyak bukti, tidak hanya sampel rambut. "Saya ingin bukti visual atau fisik, misalnya bagian tubuh, dan terutama bukti berupa DNA," tutur Todd Disotell, profesor antropologi di Universitas New York. Ia memperingatkan penggemar Yeti atau big foot untuk tidak membuat asumsi jika menemukan sesuatu di hutan.
Selain itu, sejumlah pakar lain mengatakan, jika big foot benar-benar ada, pasti yang ditemukan lebih banyak selain rambut. "Mereka yang percaya akan keberadaan Yeti, big foot dan monster Loch Ness perlu instruksi dasar" kata Stuart Pimm, pakar ekologi pada Universitas Duke. Setiap Yeti punya dua orang tua, dua kakek dan nenek dan seterusnya, tutur Pimm. Jadi seharusnya ada kelompok Yeti, demikian pungkas Pimm, "Di mana mereka bersembunyi?"
No comments:
Post a Comment